Cerita 1: Contoh Kasus Tidak Membaca Informasi Secara Menyeluruh

Inilah salah satu contoh kejadian yang bisa menjadi buruk hanya karna menilai informasi tanpa membacanya terlebih dahulu dan mengikuti emosi tanpa ada dasar kebenaran.

Adik aku memang malas untuk diajak pergi. Tidak jarang dia menolak untuk diajak pergi keluar. Aku sudah menginfokan dari H-2 bahwa kita akan menginap di Pamulang. Responnya ok tetapi dihari H dia mengatakan bahwa "kayaknya gue ga ikut deh, mau belajar". 

Aku sudah malas sekali mendengar hal ini. Dipikiranku, kalau adikku ga ikut rasanya kurang asik dan kakakku pasti jadi malas pergi. Jujur aku rada kesal karna dia tiba-tiba tidak mau ikut yang padahal bisa belajar di sana.

Ada notifikasi chat dari adikku, "kalian duluan aja ke sana". Dalam hatiku ingin mengabaikan tapi aku terusik sekali. Apakah dia tidak mikir, kami rela berangkat lebih sore demi menunggu dia selesai ujian. Dengan entengnya dia berkata seperti itu? Emang dia ga mikir berapa biaya ongkosnya kes ana? Huh

Aku abaikan chatnya dan berkata kepada kakakku "kalau si adik ga ikut, lu gimana? Gue sih gak masalah kalau dia ga ikut. Males ah gue ngemis mulu buat ngajak dia. Pokoknya kalau si adik ga ikut gue tetep mau pergi, lu gimana?" aku berkata seperti itu karna kesal. 

Setelah makan pagi aku baca chatnya dan berniat membalas untuk berkata terserah kalau tidak mau ikut toh tidak ada ruginya, seharusnya dia senang. Aku tak sadar bahwa ada chat sebelumnya yang berisi foto biaya gojek dari kampus ke penginapan yang kita tuju. Ternyata dia ujian offline bukan online.

Aku malu sekali rasanya. Malu sama diriku sendiri. Kenapa aku menyimpulkan begitu cepat? Mungkin jika aku baca chatnya secara menyeluruh, aku tidak perlu merasakan kesal segininya, hanya membuang energi saja. Di sinilah aku sadar sepenting itu membaca informasi secara menyeluruh bukan setengah" lalu mengambil kesimpulan sendiri.

Komentar